Latar
Belakang
Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan rancangan
konsep PBK yang dapat digunakan dalam pemanfaatan PBK untuk mendiagnosa
penyakit pada kehamilan. Dimana penyakit pada kehamilan merupakan salah satu
penyakit yang harus diwaspadai. Karena hal ini menyangkut kesehatan ibu dan
bayi.
Pembahasan
Penalaran berbasis kasus atau PBK adalah salah satu
metode pendekatan berbasis pengetahuan untuk mempelajari dan memecahkan masalah
berdasarkan pengalaman pada masa lalu. Pengalaman yang lalu dikumpulkan dan
disimpan dalam tempat yang disebut “Basis Kasus”. Basis kasus adalah kumpulan
kasus-kasus yang pernah terjadi. Untuk menghasilkan solusi suatu masalah, PBK
harus melakukan beberapa tahap proses dimana PBK harus mencari kemiripan kasus
baru dengan kasus yang tersimpan, atau ketika ada perubahan terhadap solusi
suatu kasus.
Proses
PBK membutuhkan empat tahap, yaitu :
1. Retrieve
adalah menentukan kembali kasus yang sama atau yang paling mirip dengan kasus
baru.
2. Reuse
adalah menggunakan kembali informasi dan pengetahuan basis kasus untuk
memecahkan masalah kasus baru (disebut juga transfer solusi).
3. Revise
adalah merevisi atau memperbaiki solusi yang diusulkan.
4. Retain
adalah menyimpan pengalaman untuk memecahkan masalah yang akan datang kedalam
basis kasus.
PBK sudah banyak
dimanfaatkan banyak pengguna, ada tiga fungsi yang berbeda dari sistem PBK
berdasarkan tingkat keterlibatan pengguna yang semakin meningkat
(Althoff,2001), yaitu :
·
Sistem PBK sebagai Diagnosis, dimana
pengguna memanfaatkan PBK dalam sistem yang digunakan sebagai alat bantu untuk
menentukan hasil diagnosa suatu masalah.
·
Sistem PBK sebagai Pendukung Keputusan,
dalam tipe ini basis kasus yang digunakan dalam PBK harus sangat banyak.
·
Sistem PBK sebagai Manajemen
Pengetahuan, digunakan untuk mengelola pengetahuan yang didapatkan dari pakar
atau ahli disuatu bidang.
Berdasarkan tahapan
yang ada dalam suatu sistem PBK, diperlukan tiga langkah utama dalam menentukan
solusi, yaitu :
·
Membangun basis kasus, yang digunakan
sebagai tempat penyimpanan. Pada langkah ini, setiap kasus yang disimpan dibagi
menjadi empat bagian, yaitu :
o
Usia ibu hamil
o
Usia kandungan
o
Gejala-gejala penyakit
o
Penyakit dan solusi
·
Menentukan fungsi kemiripan (similarity),
digunakan untuk mengenali kesamaan atau kemiripan antara kasus-kasus yang sudah
tersimpan dalam basis kasus dengan kasus yang baru.
·
Pengambilan data, pada langkah ini
kasus-kasus yang telah tersimpan dalam basis kasus diambil atau dipilih sebagai
sebuah solusi, dimana data ditampilkan dengan urutan tingkat similarity yang
paling tinggi dengan range antara 0 sampai 1.
Kesimpulan
Dapatkah manusia
membuat suatu teknologi yang cerdas? Tentu bisa. Berdasarkan paper yang sudah
saya ringkas diatas, saya dapat mengetahui bahwa PBK merupakan penggabungan
teknologi grid computing, dan teknologi web yang memberikan kreasi dan
implementasi pada teknologi cerdas berbasis web. PBK dapat mendiagnosa penyakit
kehamilan, yang dapat membantu dokter kandungan dalam mengambil keputusan
terkait gejala-gejala yang timbul dari pasien tersebut. Gejala-gejala tersebut
dilihat dari segi kemiripan dengan kasus-kasus yang telah terjadi dan tersimpan
pada basis kasus. Setelah itu, mesin PBK akan mencari kasus yang sudah terjadi
sebelumnya yang mirip dengan gejala-gejala tersebut. Lalu, menghasilkan sebuah
solusi alternatif yang akan digunakan oleh dokter untuk menangani kasus pasien
yang bersangkutan. Hal ini membuktikan, bahwa manusia dapat membuat suatu
teknologi cerdas yang dapat membantu pekerjaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Namun,
apakah sebuah teknologi cerdas dapat lebih cerdas daripada seorang manusia?
Tentu tidak, karena contohnya saja PBK. PBK tidak menjamin solusi terbaik atau
solusi optimum karena hanya memberikan solusi berdasarkan kasus-kasus yang
disimpan. Apabila sebuah kasus baru tidak memiliki satupun kemiripan dari
kasus-kasus yang ada di dalam basis kasus PBK, maka dibutuhkan analisa pakar
atau ahli kesehatan tentang kasus baru tersebut. Lalu, setelah dianalisa oleh
ahli atau pakar kesehatan akan menghasilkan sebuah solusi baru. Setelah itu,
solusi baru tersebut disimpan dalam basis data. Hal ini menunjukkan bahwa,
teknologi yang cerdas bukan berarti dapat lebih cerdas dibandingkan seorang
pakar atau ahli.
Referensi :
http://jurnal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/760/695