ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN KEMISKINAN
Dari ketiga kata tersebut mungkin
terdapat permasalahan (adanya kontinuitas dan perubahan, harmoni atau
disharmoni). Ilmu pengetahuan terdiri dari kata “ilmu” dan “pengetahuan”,
dimana dalam membicarakan “pengetahuan” saja terdapat berbagai macam masalah, seperti
kemampuan indera dalam memahami fakta pengalaman dan dunia realitas, hakikat
pengetahuan, dsb. Dalam Institutes of metaphisics (1854), pemikiran tentang
teori pengetahuan disebut “epistemologi.”
Masalah kemiskinan akan dihadapkan persoalan lain,
seperti persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok, posisi manusia dalam
lingkungan sosial, dan peran IPTEK memanfaatkan sumber daya alam untuk membasmi
kemiskinan. Karena, IPTEK dengan kemiskinan tidak dapat dipisahkan, sehingga
diperlukan srudi mendalam dan analisis interdisipliner.
1.
ILMU
PENGETAHUAN
Ilmu
tersusun dari pengetahuan secara teratur, diperoleh dengan objek tertentu dengan sistematis, metodis,
rasional/logis, empiris, umum, dan akumulatif. Perlu berpangkal pada
teori-teori kebenaran pengetahuan untuk membuktikan isi pengetahuan itu benar. Teori
pertama bertitik tolak adanya hubungan dalil, dimana pengetahuan dianggap benar
apabila dalil itu memiliki hubungan dengan dalil terdahulu. Kedua, pengetahuan
itu benar apabila ada kesesuaian dengan kenyataan. Teori ketiga, pengetahuan
benar apabila mempunyai konsekuensi praktis dalam diri yang punya pengetahuan
itu. Pembentukan ilmu membutuhkan 2 objek, yaitu objek material (tujuan) dan
objek formal(sudut pandang). Langkah-langkah memperoleh ilmu dan objek ilmu
meliputi pengamatan, menganalisa, dan menguji dengan menghadapkan fakta-fakta.
Banyaknya teori dan pendapat tentang pengetahuan dan kebenaran mengakibatkan suatu definisi
ilmu pengetahuan
akan mengalami
kesulitan. Langkah-langkah
dalam memperoleh ilmu dan objek ilmu meliputi rangkaian kegiatan
dan
tindakan. Dimulai dengan pengamatan,
yaitu suatu kegiatan yang diarahkan kepadafakta yang mendukung apa yang dipikirkan untuk
sistemasi, kemudian menggolong-golongkan dan membuktikan dengan
cara berpikir analitis, sintesis, induktif, dan deduktif'.
Yang
terakhir
ialah
pengujian
kesimpulan
dengan menghadapkan fakta-fakta
sebagai upaya mencari berbagai hal yang merupakan pengingkaran.
Untuk mencapai
suatu pengetahuan yang ilmiah dan objektif diperlukan sikap yang bersifat ilmiah.
Bukan
membahas tujuan
ilmu,
melainkan mendukung dalam mencapai tujuan ilmu itu sendiri, sehingga benar-benar objektif, terlepas dari prasangka
pribadi
yang bersifat subjektif. Sikap yang bersifat ilmiah itu meliputi empat
hal:
a. tidak ada perasaan yang bersifat
pamrih sehingga mencapai
pengetahuan ilmiah yang objektif.
b. Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap problema
didukung fakta atau gejala
c. Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah
d. Merasa pasti bahwa setiap pendapat, teori, maupun aksioma telah
mencapai kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan lagi.
Penelitian dasar
bertujuan utama menambah pengetahuan ilmiah, sedangkan penelitian terapan
adalah untuk menerapkan secara praktis
pengetahuan ilmiah. Dalam menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut, perlu diperhatikan hambatan sosialnya. Bagaimana konteksnya dengan teknologi, dan kemungkinan untuk mewujudkan suatu perpaduan dan pertimbangan moral dan ilmiah.
2.
TEKNOLOGI
Ilmu pengetahuan (body of knowledge), dan teknologi sebagai suatu seni (state of art) yang mengandung pengertian berhubungan dengan proses
produksi; menyangkutcara bagaimana berbagai sumber, tanah, modal,
tenaga kerja dan keterampilan
dikombinasikan
untuk
merealisasi tujuan produksi. Dari batasan
di atas jelas,
bahwa
teknologi sosial
pembangunan memerlukan semua
science
dan teknologi untuk
dipertemukan dalam menunjang tujuan-tujuan pembangunan.
Fenomena teknik pada masyarakat kini, menurut
Sastrapratedja
(1980)
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Rasionalitas, artinya tindakan
spontak oleh teknik diubah menjadi tindakan
yang direncanakan dengan perhitungan rasional.
b. Artifisialitas, artinya selalu
membuat
sesuatu
yang
buatan
tidak alamiah.
c. Otomatisme, artinya dalam
hal
metode, organisasi dan
rumusan dilaksankaan serba otomatis. Demikian pula
dengan
teknik
mampu mengelimkinasikan kegiatan
non-teknis menjadi
kegiatan teknis.
d. Monime, artinya semua teknik bersatu, saling
berinteraksi dan saling bergantung.
e. Universalisme, artinya teknik melampaui
batas-batas kebudayaan dan ediologi.
f. Otonomi, artinya teknik berkembang menurut
prinsip-prinsip sendiri.
Teknik-teknik manusia
yang dirasakan pada masyarakat teknologi, terlihat dari kondisi kehidupan manusia
itu sendiri. Gambaran kondisi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Situasi tertekan. Emosi manusia dalam menyiapkan diri dengan
skill-skill tertentu menuntut kualitas dari manusia itu sendiri tetapi tidak
secara langsung.
2. Perubahan ruang dan lingkungan manusia. Dibatasi oleh waktu dan
lingkungan.
3. Perubahan waktu dan gerak manusia. Tidak bisa menghargai waktu
dan menjalani kehidupan apa adanya tanpa berusaha menjalaninya sepenuh hati.
4. Terbentuknya suatu masyarakat massa. Adanya kesenjangan diantara
masyarakat, hilangnya nilai-nilai hubungan sosial yang sebenarnya sangat
diperlukan bagi kelangsungan hidup individu.
5. Teknik-teknik manusiawi dalam arti ketat. Harus menyelaraskan
diri dengan kepentingan manusia yang lainnya.
Saat ini, negara-negara teknologi
maju telah memasuki tahap superindustialisme, melalui inovasi teknologis tiga
tahap :
a. Ide kreatif
b. Penerapan praktis
c. Difusi atau penyebarluasan dalam masyarakat
Tahapan-tahapan tersebut menyebabkan proses perubahan.
Akselerasi perubahan secara drastis dapat dianalisis menurut lima komponen
dasar, yaitu : benda, tempat, manusia, organisasi, dan ide. Ditambah faktor
waktu, membentuk pengalaman sosial.
Teknologi tepat guna sering tidak berdaya menghadapi teknologi Barat.
Ciri-ciri teknologi Barat :
1) Serba intensif dalam segala hal, sehingga lebih akrab dengan
kaum elit daripada dengan buruh itu sendiri.
2) Dalam struktur sosial, teknologi barat bersifat melestarikan
sifat kebergantungan.
3) Kosmologi/pandangan teknologi barat.
3. ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN NILAI
Dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dikaitkan
dengan nilai atau norma. Namun, dalam penerapannya kurang memperhatikan masalah
nilai, moral atau segi-segi manusiawi lainnya. Sehingga, terdapat dua pemikiran
yaitu : menyatakan ilmu bebas nilai dan yang menyatakan ilmu tidak bebas nilai.
Sikap lainnya adalah kita tidak perlu mengaitkan antara ilmu dan nilai.
Pendapat tersebut kurang bertanggung jawab, sebab nilai atau moral merupakan
hal mendasar dalam kehidupan manusia.
Yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan merupakan hasil penalaran
(rasio) secara objektif. Dimana, ilmu itu diperoleh melalui kegiatan metode
ilmiah atau epistemologi yang berisi hipotesis dengan deduksi dan verifikasi
secara faktual. Sedangkan pengetahuan adalah pikiran dan pemahaman diluar
kegiatan metode ilmiah, dapat berupa hasil pengalaman (common sense) atau
intuisi (pengetahuan tanpa penalaran) dan wahyu dari Allah SWT.
Ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki tiga komponen, yaitu :
1) Ontologis : hakikat yang dikaji oleh pengetahuan atau objek
formal dari suatu pengetahuan. Komponennya adalah asas menggunakan ilmu
pengetahuan atau fungsi dari ilmu pengetahuan.
2) Epistemologis : berkaitan dengan nilai/moral pada proses logis-hipotesis-verifikasi.
3) Aksiologis : berkaitan dengan nilai/moral dimana ilmu harus
dimanfaatkan dan digunakan demi kebaikan bersama.
Kaitan
ilmu dan teknologi dengan nilai atau moral, berasal dari penerapan ilmu dan
teknologi sendiri. Sikap ilmuwan dibagi menjadi dua golongan:
1) Golongan yang menyatakan ilmu dan teknologi bersifat netral
terhadap nilai-nilai baik secara ontologis maupun aksiologis. Berasumsi bahwa
kebenaran itu dijunjung tinggi sebagai nilai, sehingga nilai-nilai kemanusiaan
lainnya dikorbankan demi teknologi.
2) Golongan yang menyatakan bahwa ilmu dan teknologi bersifat
netral hanya dalam batas-batas metafisik keilmuwan, sedangkan dalam penggunaan
dan penelitiannya berlandaskan asas-asas moral atau nilai-nilai. Berasumsi
bahwa ilmuwan telah mengetahui akses-akses yang terjadi apabila ilmu dan
teknologi disalahgunakan.
Dampak dari perkembangan IPTEK dirasakan lebih banyak di negara
berkembang. Sistem-sistem teknologi yang dikendalikan oleh kelompok asing,
mengubur dan mematikan kebudayaan tradisional dan nilai-nilai sehingga sedikit
demi sedikit akan luntur. Kelunturan ini disebabkan kurangnya kendali demikian
konsekuensinya jauh lebih buruk. Upaya yang harus dilakukan :
1) Mempertimbangkan atau kalau perlu mengganti kriteria utama dalam
menolak atau menerapkan suatu inovasi teknologi yang didasarkan pada keuntungan
ekonomis atau sumbangannya kepada pertumbuhan ekonomi.
2) Pada tingkat konsekuensi sosial, penerapan teknologi harus
merupakan hasil kesepakatan ilmuan sosial dari berbagai disiplin ilmu.
4. KEMISKINAN
Garis kemiskinan, yang menentukan batas minimum pendapatan yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh tiga hal :
1) Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan
2) Posisi manusia dalam lingkungan sekitar
3) Kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi
Persepsi manusia
terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
adat-istiadat, dan sistem nilai yang dimiliki. Dalam hal ini, garis kemiskinan
dilihat dari bagaimana posisi pendapatan negara. Ciri-ciri masyarakat yang
hidup di bawah garis kemiskinan :
a. Tidak memiliki faktor produksi sendiri
b. Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan
kekuatan sendiri
c. Tingkat pendidikan rendah
d. Tinggal didesa sebagai pekerja bebas
e. Hidup di kota berusia muda, dan tidak punya keterampilan
Kemiskinan dikategorikan kedalam tiga unsur :
1) Kemiskinan disebabkan handicap badaniah ataupun mental
seseorang
2) Kemiskinan disebabkan oleh bencana alam
3) Kemiskinan buatan
Karena
kemiskinan disebabkan oleh struktur ekonomi, maka diperlukan memahami inti
pokok dari suatu “struktur”. Pola relasi dari struktut ini, yang penting adalah
struktur dalam sosial ekonomi. Pola relasi dalam struktur sosial ekonomi ini
dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Pola relasi antar manusia dengan sumber kemakmuran ekonomi
b. Pola relasi antar subjek dengan hasil produksi
c. Pola relasi antar subjek dalam keseluruhan mata rantai kegiatan
sistem produksi.
Jika
kita menganut teori fungsionalis dari statifikasi maka kemiskinan memiliki
sejumlah fungsi :
1) Fungsi ekonomi : penyedia tenaga kerja, membuka lapangan kerja
baru, memanfaatkan barang bekas
2) Fungsi sosial : kebaikan spontan dan perasaan, ukuran kemajuan
bagi kelas atas dan merangsang adanya badan amal.
3) Fungsi kultural : sumber inspirasi kebijaksaan teknorat dan
sastrawan serta memperkaya budaya
4) Fungsi politik :
Masyarakat marginal untuk bersaing dengan masyarakat yang lain.